Yup, saat ini saya sering sekali mengucapkan kata "Kami", krn
sekarang hidup saya telah berbagi dengan salah seorang lelaki.
Klo boleh jujur sebetulnya saya juga masih bingung kenapa akhirnya kami
bisa menikah, hehe..
Sejarah itu dimulai saat kami bertemu di Kantor kami Asuransi Astra
(kantor saya yang dulu). Saat saya sedang On Job Training di salah satu Dept,
kami memang sudah saling sering bertatap dan tersenyum, jarang sekali menyapa..
tapi tiba2 suatu hari dia menginvite kontak hp saya dan akhirnya kami pun
berteman dan berbagi suka duka.
Singkat punya cerita, jalinan itu pun dimulai.. Aneh sebetulnya saya bisa
bertemu dengan sosok lelaki ini, dia type yang lempeng cool seperti jalan tol
yang tiada ujungnya. Pendiam, introvert, galak, tegas, tidak bisa berbasabasi,
tidak romantis, tidak loyal (a.k.a pelit) dll.
Namun saya pun mantab menikah karena saya merasa kehidupan masa depan yang
saya rancang dan bayangkan bisa terwujud jikalau kami bersama.
Benar saja, saat niat kami bulat. Tuhan seperti memberikan petunjuk bahwa
ini adalah jalan terbaik untuk saya ambil karena kami pun dipermudah untuk
banyak hal dimulai dari keringanan dalam memiliki rumah di dekat orang tua
saya. Saya akui tanpa keberanian dari suami, maka rumah itupun takkan pernah
ada di genggaman. Kemudahan kami mendapatkan kontrakan rumah, sampai proses
penyelenggaraan pernikahan yang lancar meskipun ada beberapa kerikil cobaan
didalamnya.
Saat ini, sudah lebih dari 3 bulan pernikahan kami. Ia seolah semakin jauh
dari penilaian saya di awal. Dia menjadi romantis perlahan-lahan. Ulang tahun
saya pun ada sedikit surprise yang diberikannya.
Ada satu moment yang saya menurut saya bisa menjadi pembelajaran bagi kita
semua, Suatu hari saya benar2 mengeluh akan keadaan kami. Peristiwa ini terjadi
sesaat sebelum kami melangsungkan pernikahan. Di moment itu semuanya serba
mencekik leher saya, keuangan kami sekarat, lingkungan teman yang kurang
bersahabat, perjalanan kantor baru yang
melelahkan karena saya harus menaiki busway selama satu setengah jam, membawa
tas yang berat. Sesampainya saya ditempat biasa saya dijemput oleh ia, saya
menumpahkan keluhan dan tangisan itu sepanjang perjalanan. Dia pun hanya diam
dan berusaha memijat kaki saya sambil tetap fokus mengendarai motor. Dan saat
sampai di rumah, dia pun hanya berkata “Sudah mendingan belum? Tugasku kan cukup
mendengarkan keluhan mu, krn masalah itu harus kamu sndiri yang selesaikan”
Saya pun merasa, sebuah tindakan sederhana itu cukup untuk membuat saya
tetap tegar dan terus melangkah.
Ya, dan pada akhirnya saya tetap bersyukur bahwa saya telah memilih lelaki
yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama. Finally I found You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar