Minggu, 17 April 2011

Pilihan Itu sudah Diambil

mula-mula kita masuk TK..
setelah bisa berhitung barulah kita menjejaki dunia Sekolah Dasar..
Klo sudah pinteran dikit dan mulai bisa bergaya, kita bersekolah di dunia SMP.
nah, klo udah mulai sok tau dan banyak maunya.. kita disekolahkan di lingkungan SMA
terkahir jika orang tua pengen anaknya sarjana, sudah pasti kita harus kuliah..

lalu... setelah itu apa???

sudah barang tentu, sekarang saatnya mencari pekerjaan..

masa itulah yang sedang ku alami sekarang..
menjejaki dunia baru. DUNIA BEKERJA...

menjadi sarjana dari ilmu komunikasi, kekhususan dunia jurnalis, menghantarkan ku untuk melamar di dunia media..
berbagai media ku datangi dan kunjungi..
beberapa tawaran dari media pun datang dan pergi..
akhirnya satu pilihan diambil..
menjadi reporter di TV lokal, SUN TV.

memulai langkah menjadi reporter, ku pikir tak akan ada yang sulit..
menggotong tripod dan mengetik naskah sudah menjadi makanan sehari2 saat dikampus..
jadi semua ku anggap enteng, AWALNYA.

hari pertama, tanpa basa-basi, atasan langsung menyuruh turun lapangan meliput. tanpa tutorial apa yang harus dilakukan, dan tanpa bimbingan, akhirnya memberanikan diri menyebut diri sebagai reporter..

liputan pertama, ku sambangi kantor muhamadiyah (yang entah lokasinya ada dimana), meliput pertemuan antara Depan/Dewan Penyelamat Bangsa/ dengan Din Syamsudin. pertemuan politik dengan agenda-agenda yang membuatku ingin tertawa.
liputan kedua. di hari yang sama, aku langsung meluncur ke arah TIM, berjumpa dengan Fauzi bowo di PDS H.B Yassin. satu hal yang ku pelajari disini adalah kinerja gubernur DKI Jakarta yang P.A.Y.A.H.
liputan ketiga, di hari kedua menjadi reporter, pengadilan tipikor dengan tersangka Bachtiar Chamsyah menjadi santapan pagiku saat itu.
liputan keempat, berkunjung ke yayasan Alm.Abdurahman Wahid terkait penyerangan gereja Taman Yasmin di Bogor.
liputan kelima memotret kekejaman satpol PP di ulang tahunnya ke 60, dan akhirnya bertemu dengan narasumber tampan nan pintar.
liputan-liputan berikutnya berkutat dengan Mahkamah Agung, DPR, pentas seni di Salihara, menikmati makanan enak di Hotel Sangrila, dan Kemayoran Expo dalam Food and Hotel Festival, dan yang paling berkesan adalah merasakan kebaikan seorang wakil metri pendidikan, bapak Fasli Jalal.

yaaa.. pekerjaan yang menyenangkan sebenarnya. mencari hal yang baru, selalu resah akan info terbaru, dan menggali masalah yang ada.
dan satu kesimpulan ku adalah menjadi reporter akan membuatku pintar, tanpa harus sekolah sekalipun...

bila dilihat dunia reporter, memang santai. bahkan terlalu santai..
dalam sehari paling banyak hanya dua liputan yang kulakukan.
dan tebak, apa yang kulakukan setelah itu.... hanya NONGKRONG-NONGKRONG
bercanda dan mengobrol dari masalah di sabang hingga marauke.
yaaa.... begitulah wartawan.. selain dilatih untuk cekatan mendapatkan informasi, kami jjuga dilatih untuk bersabar menunggu narasumber yang terkadang keberadaannya bagai ditelan bumi..
yaaa... menjadi reporter memang menyenagkan, tapi entah mengapa ada yang mengusikku.

kehidupan ku yang terbiasa cepat dan tidak suka bersantai-santai menjadi bertolak belakang dengan dunia ku, dunia reporter...
kebiasaanku yang penuh perencanaan, terhalang dengan dunia ku kini, dunia reporter..
aku punya banyak angan-angan... yang aku ragu,bisa ku raih saat aku menekuni dunia ini...



akhirnya pilihan itu ku ambil. tanggal 29 april besok, hari terakhir aku bisa menyebut diriku reporter. kartu pers yang kusematkan saat liputan harus kutanggalkan..




sedih, itu pasti...
karena reporter, produser, media, tiga kata yang selalu menghiasi kehidupanku sejak SMA dan menjadi pengisi hidupku selama ini..

tapi apa boleh dikata, hidupku, tak hanya milikku..
jika egois dan sedikit keras kepala, aku akan memilih terus menjadi reporter dan mengejar impianku menjadi produser mesti haru menunggu berpuluh-puluh tahun..
tapi.. hidupku juga milik keluargaku dan lingkunganku..
aku harus memikirkan bagaimana hidupku harus berguna mereka..
bisa membahagiakan mama dan papa, mengantarkan mereka ke tanah suci dengan keringatku sendiri dan menuntun adikku menyandang gelar kedokteran adalah impian lain dalam hidupku..

5 komentar: